IPRATROPIUM
BROMIDA
Ipratropium bromida termasuk golongan obat
antikolinergika inhalasi, adalah bronkodilator yang memblokade jalur eferen
vagal postganglion. Obat ini menyebabkan bronkodilatasi dengan cara mengurangi
tonus vagal intrinsik saluran nafas. Juga memblokade refleks bronkokontriksi
yang disebabkan iritan inhalasi. Nebulisasi ipratropium dapat ditambahkan pada
terapi standar pada asma yang mengancam jiwa atau ketika asma akut gagal di
atasi dengan terapi standar. Inhalasi ipratropium aerosol dapat di gunakan
untuk terapi jangka pendek pada pasien paru obstruktif kronik ringan pada
pasien yang tidak menggunakan obat antimuskarinik kerja panjang. Dibandingkan dengan
β2-agonis, kemampuan bronkodilatornya lebih lemah, juga mempunyai
onset kerja yang lambat (30-60 menit untuk mencapai efek maksimum), lama
kerjanya 3-6 jam, dam efek bronkodilasi dapat dipertahankan dengan pemberian
dosis 3 kali sehari.
Uraian tentang Ipratropium bromida :
Nama generik
|
: Ipratropium bromida
|
Rumus struktur
|
: C20H30BrNO3.H2O
|
Rumus bangun
|
|
Sifat fisikokimia
|
: Serbuk kristal
warna putih atau hampir putih; larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,
sangat mudah larut dalam metanol; pH larutan 1% dalam air : 5,0-7,5.
|
Sub kelas terapi
|
: Obat untuk saluran napas.
|
:
|
|
Penyimpanan
|
: Disimpan pada suhu
150C-300C; hindari paparan dengan kelembaban yang tinggi; terlindungi dari panas/api;
jika disimpan sesuai petunjuk, inhaler akan stabil selama 18 bulan dari
tanggal pembuatan.
|
Informasi pasien
|
·
Disarankan pada pasien untuk
menggunakan obat secara konsisten selama periode terapi untuk mendapatkan
manfaat terapi yang maksimal.
·
Diberitahukan kepada pasien bahwa
obat ini tidak memberikan perbaikan gejala simptomatik dengan segera/ cepat
dan sebaiknya tidak digunakan pada kondisi bronkospasme akut.
·
Di informasikan kepada pasien
tentang cara penggunaan, pembersihan/ perawatan dan penyimpanan inhaler.
·
Kocok inhaler setiap kali sebelum
dipakai.
·
Hindari semprotan kedalam mata;
Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan atau jika
tidak digunakan dalam waktu yang lama. Kumur mulut dengan air setelah
inhalasi.
·
Jika ada dosis yang lupa atau
terlewatkan dan hampir mendekati waktu untuk dosis berikutnya, lewatkan dosis
yang terlupakan dan gunakan dosis berikutnya.
·
Diberitahukan kepada pasien untuk
segera menghubungi dokter bila dijumpai efek samping atau kondisi bertambah
parah.
|
Nama dagang
|
: Atrovent, Berodual, Berodual HVA,
Combivent, Combivent UDV, Iprex, Ipravent
|
2. Mekanisme Kerja :
Ipratropium bromida
adalah antagonis kolinergika asetilkolin pada reseptor kolinergik, yang memblok
asetilkolin di saraf parasimpatetik otot bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl
cyclase dan menekan peningkatan cGMP (mediator bronkokontriksi) sehingga menimbulkan
bronkodilatasi.
Iprotropium untuk
inhalasi oral adalah suatu antikolinergik (parasimpatolitik) yang akan
menghambat refleks vagal dengana cara mengantagonis kerja asetilkolin.
Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak
bersifat sistemik.
Ipratropium bromida
(semprot hidung) mempunyai sifat antisekresi dan penggunaan lokal dapat
menghambat sekresi kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.
3.
Indikasi :
Digunakan dalam bentuk
tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik)
sebagai bronkodilator dalam [engobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan
penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema.
4.
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap
ipratropium bromida, atropin dan turunannya, obstruksi hipertropi
kardiomiopati,dan takiaritmia.
5.
Perhatian dan Peringatan :
·
Pasien dengan resiko khusus: perhatian
untuk pasien dengan glaukoma sudut sempit, hipertropi prostat atau kerusakan
saluran urin.
·
Bronkospasmus akut : aerosol ipratropium
tidak dianjurkan untuk pengobatan bronkospasmus akut dimana terapi darurat
diperlukan.
·
Reaksi hipersensitifitas : reaksi
hipersensitifitas akan segera terjadi setelah pemberian ipratropium seperti
urtikaria, angiodema, ruam, bronkospasmus, anafilaksis, dan edema orofaringeal.
·
Kehamilan : Kategori B
·
Laktasi : belum diketahui apakah obat
ini didistribusikan kedalam air susu.
·
Anak-anak : keamanan dan efikasi aerosol
pada anak-anak belum diketahui. Sedangkan keamanan dan efikasi penggunaan
larutan pada anak dibawah 12 tahun belum diketahui.
6.
Interaksi Obat
a. Interaksi obat dengan obat:
Ipratropium telah
digunakan bersamaan dengan obat-obat lain seperti bronkodilator beta
adrenergik, bronkodilator simpatomimetik, metilxantin, steroid dan obat untuk
penyakit paru-obsrtuksi kronis tanpa efek samping.
Agen antikolinergik :
ada potensi interaksi aditif pada pemberian berturut-turut dengan obat
antikolinergik.
Larutan inkompatibilitas
: berikan informasi kepada pasien bahwa larutan inhalasi ipratropium dapat
dimasukkan dalam nebulizer dengan albuterol atau meteproterenol jika digunakan
dalam waktu satu jam.
b. Interaksi obat dengan makanan :
Beberapa bentuk sediaan
mengandung soya lechitin. Jangan diberikan pada pasien yang alergi terhadap
soya lechitin/ kedelai/ kacang yang kemungkinan dapat menurunkan efek
antikolinergik ipratropium.
7.
Dosis dan Lama Penggunaan
IDT 20 mcg/ semprot : dewasa 40 mcg 3-4
kali/hari; anak 20 mcg 3-4 kali/hari.
Solutio 0,25 mg/ml : dewasa dan anak 0,25 mg tiap 6 jam.
Bentuk sediaan
|
Dosis
|
Aerosol
|
2 inhalasi (36) mcg 4 kali sehari.
Pasien boleh menggunakan dosis tambahan tetapi tidak boleh melebihi 12
inhalasi dalam sehari.
|
Larutan
|
Dosis yang umum adalah 500 mcg (1 unit
dosis dalam vial), digunakan dalam 3-4 kali sehari dengan menggunakan
nebulizer oral, dengan interval pemberian 6-8 jam. Larutan dapat dicampurkan
dalam nebulizer jika digunakan dalam waktu 1 jam.
|
8.
Sediaan Lazim
Aerosol 20 mcg/dose; inhalation solution
0,02% (0,5mg/5ml); nebulizer solution 250 mcg/ml dan 50 mcg/2ml; inhaler
20µg/puff
9.
Bentuk sediaan
Tersedia dalam bentuk :
·
inhalasi solution
·
aerosol
·
nebulizer solution
·
inhaler
·
Nasal spray
·
Respirator solution
10.
Efek Samping
Sakit punggung, sakit
dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi kronik yang semakin parah,
rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia, dipsnea, epistaksis, gangguan
pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala seperti influenza, mual, cemas,
faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi
saluran urin.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Asma. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
pionas.pom.go.id
(Pusat Informasi Obat Nasional Ipratropium Bromida)